Happy
Day’S ?!
Ditengah
derasnya hujan saat itu, Denis menggali tanah, di belakang halaman rumahnya
diantara pekarangan, akhirnya dia mengangkat sebuah kotak besi tua dan
dibawanya masuk ke dalam rumah.
Denis
keluar dari kamar mandi, dan dia duduk disamping tempat tidurnya dengan sebuah
kotak yang tadi digalinya di pangkuannya. Denis membukanya, didalamnya terdapat
foto-foto kenangan akan mamanya, dirinya, silvi juga papa, dan juga kamera yang
ia dapatkan semasa kecilnya hadiah pemberian mama. Dulu sejak kematian mamanya,
Denis dengan sengaja mengubur dalam-dalam semua kenangan pahit tersebut. Denis
merasa terpukul karna mamanya meninggalkan disaat dia masih membutuhkannya.
Hanya ada beberapa helai foto bayi mungil, itu foto silvi saat dia masih bayi.
Mama Denis meninggal saat melahirkan Silvi ke Dunia ini. Denis sangat
menyayangi Mamanya, maka dia juga berjanji pada mamanya untuk menjaga dan
menyayangi Silvi.
”Alow
Koko!” ucap Silvi, tiba-tiba saja masuk tanpa mengetuk pintu. ”Itu apa?”
tanya-nya, saat dia melihat kotak yang dipegang oleh Denis.
”Sini,
kalau mau tau!” ucap Denis sambil memberi tanda pada Silvi untuk duduk
didekatnya. Silvi melihat isi dalam kotaknya, dan dia terkejut, tiba-tiba saja
dia mengeluarkan isak tangis dengan menggenggam selembar foto mamanya. Denis
memeluk adiknya, ”sudah-sudah jangan nangis, kejadian itu sudah berlalu! Sudah
ya!” Silvi hanya mengangguk .
* * * * *
@sCHooL
Burung-burung berkicau
dipagi yang indah hari ini, mentari menyambut dengan hangat senyuman-senyuman para
siswa-siswi yang tiba hari ini. Pak Udin yang sedang menyapu daun-daun kering
yang berserakan didepan gerbang sekolah menyapa dengan ramah kepada para siswa
yang dikenalnya, termasuk Denis dan Sisca,.
“Pagi den Denis, neng
Sisca”
“Pagi, Pak Udin, dah sarapan?
^_^ “ Ucap Sisca sambil menyerahkan sekotak bekal yang dibawa olehnya sedari
tari dalam perjalanan.
“Oh iya Pak, ini sekalian
ada kopi kalau bapak mau ngopi” Denis menyerahkan bukusan kantong plastik cukup
besar.
“Waduh, ngerepotin aja
ini, saya jadi gak enak menerimanya”
“Gak apa-apa pak, Pak
Kumis juga dibagi yah pak, kopinya” ucap Denis dengan senyum hangat menghormati
orang tua.
“Makasih yah den Denis,
neng Sisca”
“Ya udah pak, kami
sekolah dulu yah Pak.”
“iya Den, bapak doakan
kalian bias jadi orang yang sukses,”
“Makasih yah pak, Yuk
Sis, gw ada jam praktek lab nih,”
“Yuk, dagh … Pak Udin”
salam Sisca sambil meberikan kiss bye.
“Gak segitunya kali”
“jeoles yah, hahahahaha …
“
Denis diam dan tersenyum
melangkah menuju kelasnya, Sisca pun menuju kelasnya dengan hati riang dengan
penuh pesona.
* * * * *
Jam sudah cukup siang,
matahari sudah mulai meninggi memancarkan sangarnya sang mentari, bel sekolah
berbunyi menandakan jam istirahat untuk para penghuni sekolah. Banyak
Siswa-siswi yang mengantri di kantin untuk membeli makanan. Denis sedang
manyantap makananny dengan sisca disalah satu meja dikantin tersebut dekat
dengan deretan pasa siswa yang sedang mengantri.
“Hey jangan main dorong
dunk,” teriak seorang siswi yang terdorong dengan kasar oleh seorang siswa
bertubuh cukup besar darinya.
“Nape? Gk suka lo? Mau lo
apa? Hah?” Balasnya dengan teriak.
Siapa yang kaget dan
takut mendengar terikan seperti preman seperti itu, Denis geram melihatnya,
diambilnya gelas minumnya. Sisca pun kaget melihat Denis sudah melangkah
kesana.
Namun siswi tersebut
mendorong kembali, namun apa daya tenaganya jauh lebih lemah dari pada siswa
tersebut, kemudian dicobanya kembali untuk merebut posisnya yang semula, dengan
rasa emosi siswa tersebut mendorong dengan keras siswi tersebut. Namun saat
tangan siswa tersebut hendak mendorong siswi itu, Denis sudah menyiramkan air
ke wajah siswa yang menyebalkan itu, dan dengan sigap menangkap tubuh siswi
yang terhempas.
“Anjenk … Bangsat …”
Denis mendirikan siswi
itu, dan menarik kebelakang dirinya dengan pelahan, berdiri tegap dan siap
menerima tantang yang ada dihadapanya, layak seekor serigala yang kelaparan
yang ingin melahap daging Denis.
“Pak-pak, itu-tu … tu …
tu … tolongin tuh pak, ada yang rebut tuh pak” Seorang ibu gendut tua, salah
satu pemilik kantin menarik si Pak Kumis dan menunjuk-nunjuk tempat perkara
terjadi.
“Taik lo …” ucap
kasarnya, dan tangan kirinya menarik kerah baju Denis, tangan kanannya sudah
siap dengan kepalan penuh.
“Hey … Hey …, mau apain
kalian?” teriak Pak Kumis dari jauh sambil menunjuk-nunjuk kearah siswa
tersebut dengan pentunga.
“Taik, awas lo …” makinya
dan berlari, melarikan diri dari kejaran Pak Kumis.
“kamu gak apa-apa Lis?”
Tanya Denis kepada siswi tersebut, ternyata kawan Denis, namanya Lisa, postur
tubuhnya cukup tinggi sekitar 167cm, memiliki rambut tidak panjang dan juga
tidak pendek.
“Gak pa-pa, makasih Den.
Thanks banget yah.”
“sama-sama.” Kemudian
Denis berlalu kembali ketempatnya, dan menjemput Sisca untuk segera pergi dari kantin,
karna moodnya sudah hilang untuk makan atau karna bekas suasana kantin yg cukup
rusuh.
* * * * *
Seperjalanan pulang
mereka dengan sepasang kaki remaja mereka, Denis dan Sisca melihat sekumpulan
anak-anak dengan kelincahan – kelincahan kaki mereka, menendang-nendang bola
kaki dilapangan rumput yang cukup besar. Dengan tawa yang riang tanpa
mengetahui pahitnya hidup, problema-problema kehidupan, dan hiraukan kesusahan
yang mereka hadapi.
“Enaknya jadi anak kecil,
seneng amat rasanya” Ucap sisca sembari mengingat masa kecilnya dahulu bermain
dengan boneka-boneka barbienya, dan si Denis berpakaian dengan mewahnya, dengan
dasi kupu-kupunya dan juga kaca mata yag cukup tebal, terlihat anak bergaya
cupu dan kikuk.
Denis heran, melihat
Sisca yang berjalan sambil melamun, “Ngelamunin apaan sih, nih
anak?”, berjalan-berjalan tanpa tau apa
yang ada dihadapannya, dengan segera Denis mengambil kameranya keluar dan
mengambil gambar dengan tingkah Sisca yang aneh. Tersadar Sisca tepat di depan
tiang listrik, “Hah.. untung gak nabrak!”
hela nafas Sisca, “Awassss...”
suara teriakan terdengar dari lapangan, “Bruuukkk...”
Bola sudah berhasil mencium kepala Sisca.
“Aduh
... “
“Hahahahahaha....”
Denis tertawa terpingkal-pingkal setelah mendapatkan hasil gambar yang dinginkan,
bahkan lebih dari apa yang dia bayangkan.
“Uuuhh
... bukanya perihatin mala diketawain, apes gw,”
“Kak,maaf
yah kak,maaf yah kak.” Ucap seorang anak yang merasa
bertanggung jawab atas perbuatannya, menendang bola terlalu keras dan nyasar
akibatnya Sisca yang menjadi korban.
“Baik, karna kakak itu baik hati, murah senyum n tidak sombong, kakak maafin, tapi kakak ikutan main yah?”
“Baik, karna kakak itu baik hati, murah senyum n tidak sombong, kakak maafin, tapi kakak ikutan main yah?”
“HaaaaaHHH...”
tercengang anak itu,
“Kalau
kakak kalah, kakak traktir kalian es cream, gimana?”
“Boleh,” “di traktir es cream siapa
takut, pasti kalah kan gw berlima sedangkan mereka cuman ber-dua“ fikir anak ini, Sisca dan adik kecil tersebut saling
pandang, Denis yang merasa melihat aura keduanya begitu panas membuat Denis
kebingungan ( -_- ’) <--
tampang Denis.
Dan pertandingan
pun dimulai, Denis dan Sisca Vs Super boy FC, lebay dikitlah hehehehe…
Dengan kelincahan kaki mereka memainkan bola membuat Denis dan Sisca kewalahan melayani bocah-bocah tersebut, pertandingan sengit berlangsung mereka saling membalas gol ke masing-masing gawang. Sisca pun tak kalah dengan semangatnya berlari kesana kemari dengan tawa yang riang. Di dalam fikiran Denis dan Sisca apa mereka mementingkan kekalahan, “Tidak” jawabnya, terlihat jelas di wajah mereka yang penuh keceriaan.
Dengan kelincahan kaki mereka memainkan bola membuat Denis dan Sisca kewalahan melayani bocah-bocah tersebut, pertandingan sengit berlangsung mereka saling membalas gol ke masing-masing gawang. Sisca pun tak kalah dengan semangatnya berlari kesana kemari dengan tawa yang riang. Di dalam fikiran Denis dan Sisca apa mereka mementingkan kekalahan, “Tidak” jawabnya, terlihat jelas di wajah mereka yang penuh keceriaan.
Denis
yang dahulu tak sehebat sekarang, saat mereka di masa SD dahulu Sisca lebih
hebat daripada Denis, saat itu Denis menjadi penjaga gawang dan teamnya melawan
team Sisca, Kepayahan saat itu Denis menjaga gawang selalu dapat dibobol oleh
Sisca.
Tawa
riang Mereka membius kan keceriaan di hati mereka semua, melupakan sejenak
masalah-masalah kehidupan yang dapat membuat sress kepala.
“Goooolll … …” sorak
riang Sisca kumandangkan dan mengangkat kedua tangannya tinggi ke atas. “sudah ah
kakak capek, hah… hah…” Sisca
duduk diatas rerumputan sembari mengatur nafasnya, Denis dan kawan-kawan kecil
pun ikut duduk dan ada yang tertidur diatas rerumputan sambil mengatur nafas
mereka masing-masing.
Denis
bangkit mengambil peralatan mereka dan berjalan kea rah Sisca, mengurulkan
tangannya, “Yuk … n_n” Sisca
menyambut tangan Denis dan bangkit berdiri.
“Asyik es
cream, es cream” mereka
pun berlari menuju kulkas yang berdiri dengan gagah di depan pintu yang telah
menanti kedatangan mereka. Dengan cepat dan tergesa-gesa kawan-kawan kecil
melahap es cream di tangan mereka.
“Denis ...” Panggil
Sisca menarik-narik lengan jaket Denis dengan sikap manjanya.
“Apa?” dengan
sikap dingin membalas panggilan Sisca (
-_- )’
“Bayarin
hehehehe ^_^...”
“Iyah,
Dasar”
“Asyik, Gw
ambil Magnum ah”
“Astaga
ambilnya yang mahal pula” Denis
mengerutu dalam hatinya, dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Diambilnya dua
buah botol pocari sweat berukuran sedang dan membayar semua makanan yang sudah
dimakan oleh Sisca dan kawan-kawan kecil.
Setelah
habis semua, kawan-kawan kecil pulang dan tak lupa mengucapkan terima kasih
kepada kakak yag cantik Sisca, “Lho, kan
gw yg bayar knp terima kasihnya pada Sisca ckckckckck…” gerutu
hati Denis. “Dasar
nasip, Dasar nasip.”
“Yang
sabar yah, Nis! mereka tau mana yang cantik and tidak sombong hehehehe n_n .”
Tak lama
hujan gerimis tiba, diantara senda tawa mereka, Diletakannya jaket dan tas
Denis, melangkah kedepan dan menikmati tetes demi tetes air hujan yang
membasahi wajahnya.
“Denis,
hujan tau, tar sakit”
Denis
memberikan isyarat untuk mengajak Sisca dalam kesenangan yang dialaminya, namun
Sisca menolak dengan menggelengkan kepalanya. Di tariknya tangan Sisca ke
tengah lapangan dan bercanda tawa ria lepas dari kepenatan di kepala mereka. Denis
melihat tawa yang terpancar di wajah Sisca, “begitu cantik” ucap dalam hati. Terpandanglah kedua mata mereka
masing-masing, Denis merangkul kedua lengan Sisca dan menatap kedua mata Sisca
dalam-dalam. Tersipu malu Sisca pada Denis, dan terbuyarlah suasana romantica
yang dibangun Denis dan Sisca,”cieeeeee…
swiiittt, swiiit…” sorak
goda sahabat-sahabat kecil. Denis melepaskan rangkulannya, “Dah, reda
hujannya, yuk balik n_n.” selalu
senyuman hangat dan manis diberikan untuk Sisca.
“Yuk,”
Denis
mengambil jaketnya dan menutupi badan Sisca, melindunginya dari kedinginan,
menggendong tas mereka berdua di pundaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar