It’s Me?!
Di tengah-tengah keramaian
kota, dimalam hari. Dimana kendaraan-kendaraan pribadi atau umum, kendaraan
bermotor dan transito jakarta terus berlalu-lalang. Dengan Gedung-gedung
pencakar langit disekeliling daerah perkotaan itu. Begitulah suasana kota
metropolis, Jakarta. Di bukit yang cukup menepi dari keramaian kota Jakarta, di
bawah pohon yang besar dan rindang, di bawah sinar bulan yang terang benderang.
Seorang pemuda berdiri dengan tegap, dengan rambut hitam tebal yang diterpa
oleh angin malam, dengan mengenakan kaca mata. Denis namanya, dengan kamera
dikedua tangannya, mengambil foto-foto pemandangan kota Jakarta dimalam hari
yang dihiasi dengan lampu-lampu kota bagaikan kunang-kunang malam bercahaya
menerangi dimalam hari. Sebuah pemandangan yang indah terpampang didepan mata,
pada malam hari dari atas sebuah bukit yang tinggi dan tidak jauh dari sebuah
perumahan, udara yang begitu dingin dan angin yang berhembus dengan kencang,
merasuki seluruh tubuh, jiwa dan raga. Denis yang sedang begitu asyik menikmati
suasana di sana, dan begitu sibuk dengan kamera ditangannya.
”Hufh...... gw rasa
cukup!” ucapnya dengan menghela napas cukup
panjang.
Denis, merapihkan semua
peralatan kamera-nya, kedalam tas ransel. Denis kembali berdiri, dan mengangkat
tas dipunggungnya, dia merentangkan lebar-lebar kedua tangannya dan merasakan
udara di sekitarnya yang berhembus seakan membawa dirinya terbang tinggi ke
angkasa raya yang sangat amat luas. Dia tersenyum bahagia, Denis menghirup
udara dalam-dalam hingga masuk ke rongga paru-parunya, dan menghembuskannya
dengan nafas lega. Seakan dirinya menikmati hidup ini. Serasa melepaskan beban
yang begitu berat di pundaknya. Seakan seperti malaikat yang merentangkan kedua
sayapnya, terbang tinggi ke langit menembus ke khayangan.
”Hmm ... ... ..., Ma
lihatlah pemandanganya, indah bukan? Seperti Mama kan?” Denis hanya berbicara
seorang diri di sana. Berdiri sendiri di bawah rindangnya pohon, tempat dimana
biasanya dia mengenang akan kenangan-kenangan masa lalu-nya.
“Ma, ku harap mama
bahagia di sana!” Ucapnya.
* * * * *
Esoknya,
Denis dengan seragam
SMA-nya tampak begitu rapih dan gagah. Denis berdiri membelakangi sebuah pagar
yang menjulang tinggi, sepertinya dia sedang menunggu seseorang, di depan pintu
gerbang rumah yang megah itu. Denis melihat ke jamtangannya, yang sudah
menunujuk jam setengah tujuh pagi, lalu dia menatap langit biru yang cerah,
matahari sudah cukup menampakan panasnya, angin berhembus pelan bagaikan
membisikan sesuatu ke telinga.
”PAAAGIII ... ...” Denis terkejut, dengan teriakan di dekat
kupingnya.
Teriakan seorang gadis
manis, bertubuh tinggi hampir sebanding (setinggi) dengan Denis, berparas
cantik, dengan rambut hitam panjang yang indah terurai hingga ke punggungnya.
Dan juga seragam sekolah yang sama dengan Denis. Namanya Francisca, nama yang indah
sesuai akan kecantikan yang ada pada diri-nya. Francisca adalah teman Denis
sejak kecil, dari dulu mereka s’lalu satu sekolah dari SD hingga sampai di SMA
ini.
”Pagi, lo bikin kaget aja,”
ucap Denis. Sisca tersenyum padanya. ”Seperti biasanya ya, lo selalu tampil
cantik!” puji Denis.
“Makasih, aduh jadi
enak! Hehehehe . . . “ ”Lo juga,
slalu melamun! Gw dah di samping lo aja masih gak sadar!”
Denis membalas dengan
senyuman, ”Yuk jalan,” ajaknya. Sisca menjawab dengan anggukan.
* * * * *
Di sebuah SMU,
Jakarta.
Seorang siswa sedang
berada dilantai empat, dari gedung kelasnya, dan itu lantai tertinggi yang
tedapat di gedung tersebut. Seorang siswa sedang asyik dengan kameranya, tak
lain Denis-lah orangnya. Dia sedang
memotret-motret kegiatan-kegiatan apa yang sedang terjadi di sekolahnya itu.
”Aduh, dari dulu lo itu, slalu saja menyendiri di lantai ini! Main sama kamera
molo, gak bisa ganti suasana apa?” ucap seorang gadis yang berada di
sampingnya.
Denis hanya tersenyum,
dia memandang pada keramaian murid-murid yang sedang terjadi di bawah sana,
kemudian kembali memotret.
”Entahlah, gw lebih
suka di sini, di sini lebih tenang, jadi gw bisa memotert sesuka hati gw!”
”Ya terserah apa mau lo!”
Tiba-tiba saja Denis memotret Sisca dengan
kameranya,
”Hehehe . . ” Denis tertawa jail.
”Ih curang, gak
bilang-bilang, jahat nih!, ulang!” ucap Sisca.
”Siap Yach!”
Denis memotret
berkali-kali Sisca, menganggap Sisca sebagai model, dan Sisca pun terhanyut
dalam suasana. Mereka tampak asyik di atasana melakukan adegan pemotretan,
memang sudah cita-cita Denis untuk menjadi seorang fotografer.
* * * * *
Denis dan Sisca sedang
berjalan-jalan di Mall,
Mereka sedang mampir
di Pizza hut, mereka sedang makan siang. ”Duh, hari ini nyebelin banget!” Sisca
membuka pembicaraan.
”Gw, kesel ma
pelajaran fisika. Dah tau gw gak bisa ma tuh pelajaran, masih disuruh ngerjain
tugas dipapan tulis, malah soalnya susah lagi!” ungkap Sisca.
”Sabar, tapi bisa dikerjakankan?”
”Nggak! Salah apa sih
gw sama tuh guru, kenapa mesti gw yang ditunjuk!”
”Ya sudah, habis ini
temenin ke Fujifilm yah, mau beli rol film, dah habis nih!”
”Den, kenapa sih? Lo
suka banget motret? Apa sih yang menarik?”
”Hmm . . . Entahlah,
mungkin hal itu yang paling menarik buat gw, gw bisa melihat senyum bahagia dari
teman-teman sekitar gw, juga masih banyak keindahan yang bisa gw liat!”
”Oooowwww . . . Kalau
gitu lo mau jadi fotografer? lo kan berbakat!”
”Hmm . . . ada yang
nempel tuh dimulut,” Dengan segera Denis membersihkan kotoran yang ada di mulut
Sisca dengan tissu. Wajah Sisca langsung merah padam.
”Sudah Yuk, gw masih
banyak kerjaan.”
”Ya deh, padahal gw
masih mau bersantai sebentar.”
Di dalam rumah yang
megah dangan 2 lantai bertingkat,
Di sebuah ruangan
khusus dengan cahaya merah, dengan ruangan
yang begitu gelap, di sana terdapat lembaran-lembaran foto yang telah di
cuci dan rol-rol film yang digantung. Di sanalah Denis sedang melakukan
kegiatannya mencuci foto-foto yang telah diambilnya tadi di Sekolah.
”Hei, di cari-cari, lo-nya
di sini, banyak yah hasil cetakannya? Bagus gaK?” tanya seorang gadis di
sampingnya. Gadis cantik bertubuh tinggi dan ramut hitam panjang, dia adik
perempuan Denis namanya Silvi!
”Yah, lumayan!”
”Walah foto-foto nya,
kebanyakan tampang Ci Sisca nih,” ”Suka Yach?”
Denis hanya tersenyum
pada Adik-nya. ”Sudah yah, gw mau pergi mungkin pulangnya agak malam!”
”Kemana?”
”Adik kecil mau tau
aja!”
”>_<, Iya,
hati-hati”
* * * * *
Denis berada di ruang
yang kosong dan hampa, hanya ada bayang-bayang putih. Tiba-tiba muncul sesosok bayang anak kecil
dan wanita yang cantik. Denis tertegun dan terheran, ”Ma, Mama!” panggil Denis.
”Kenapa Menangis, sayang?”
”Mainan ku rusak!”
Anak kecil itu memegang sebuah mainan kereta yang sudah rusak.
”Oh, sini tangan kamu,
ini mainan kamu yang baru!”
Denis masih terkejut, saat
melihat mainan itu ditangan anak kecil itu, ”Itu kamera, pertama kali gw dapat
kamera itu dari mama” ucap Denis dalam hati.
”Wah ma, ini keren, aq
suka” anak kecil itu kembali tersenyum.
”Nah sekarang coba
kamu foto sesuatu ya, tar kamu tunjukin hasilnya ke mama!” Ucap wanita itu pada
Denis kecil
”iya,”Denis kecil
berdiri dan berlari kemudian perlahan menghilang seperti bayangan putih.
Tiba-tiba wanita itu
tersenyum pada sosok Denis yang sekarang ini, ”Kamu sudah besar ya Nak! Sini mama peluk!”
Sosok Denis yang
dewasa berubah menjadi sosok Denis saat dia masih kecil, Denis terlelap dalam
pangkuan mama-nya.
”Ma, kenapa Mama
pergi?” tanya Denis. Wanita itu hanya tersenyum dan membelainanya penuh kasih
sayang.
Tak lama kemudian
keadaan berubah.
Denis kembali ke
sosoknya! Wanita itu berada di hadapan Denis. “Mama pergi, karna mama sudah waktunya
sayang!”
“Tapi kenapa Aku dan
Silvi masih butuh mama! Apa mama sudah gak sayang sama kami berdua? Juga sama
Papa?” Air mata sudah menggenangi mata Denis.
Wanita itu hanya
tersenyum, kemudian dia berkata “Mama terimakasih, kamu sudah memberikan yang
terbaik buat mama, Denis!” ucapnya.
Namun tiba-tiba saja
mulut, hidung dan mata wanita itu mengeluarkan darah, semakin banyak yang
keluar. Denis terkejut, dan takut dan panik, wajah wanita itu berubah
perlahan-lahan kulitnya mencair menjijikan sampai tulang tengkoraknya keluar. Begitu
mengerikan , sampai Denis bangun dari mimpinya.
Wajah Denis terlihat
sangat pucat, dan berkeringat dingin di sekujur tubuhnya dan nafasnya yang
tidak teratur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar