Selasa, 20 September 2011

chapter I aq akan ada untuk mu slalu


It’s Me?!

Di tengah-tengah keramaian kota, dimalam hari. Dimana kendaraan-kendaraan pribadi atau umum, kendaraan bermotor dan transito jakarta terus berlalu-lalang. Dengan Gedung-gedung pencakar langit disekeliling daerah perkotaan itu. Begitulah suasana kota metropolis, Jakarta. Di bukit yang cukup menepi dari keramaian kota Jakarta, di bawah pohon yang besar dan rindang, di bawah sinar bulan yang terang benderang. Seorang pemuda berdiri dengan tegap, dengan rambut hitam tebal yang diterpa oleh angin malam, dengan mengenakan kaca mata. Denis namanya, dengan kamera dikedua tangannya, mengambil foto-foto pemandangan kota Jakarta dimalam hari yang dihiasi dengan lampu-lampu kota bagaikan kunang-kunang malam bercahaya menerangi dimalam hari. Sebuah pemandangan yang indah terpampang didepan mata, pada malam hari dari atas sebuah bukit yang tinggi dan tidak jauh dari sebuah perumahan, udara yang begitu dingin dan angin yang berhembus dengan kencang, merasuki seluruh tubuh, jiwa dan raga. Denis yang sedang begitu asyik menikmati suasana di sana, dan begitu sibuk dengan kamera ditangannya.
”Hufh...... gw rasa cukup!”  ucapnya dengan menghela napas cukup panjang.
Denis, merapihkan semua peralatan kamera-nya, kedalam tas ransel. Denis kembali berdiri, dan mengangkat tas dipunggungnya, dia merentangkan lebar-lebar kedua tangannya dan merasakan udara di sekitarnya yang berhembus seakan membawa dirinya terbang tinggi ke angkasa raya yang sangat amat luas. Dia tersenyum bahagia, Denis menghirup udara dalam-dalam hingga masuk ke rongga paru-parunya, dan menghembuskannya dengan nafas lega. Seakan dirinya menikmati hidup ini. Serasa melepaskan beban yang begitu berat di pundaknya. Seakan seperti malaikat yang merentangkan kedua sayapnya, terbang tinggi ke langit menembus ke khayangan.
”Hmm ... ... ..., Ma lihatlah pemandanganya, indah bukan? Seperti Mama kan?” Denis hanya berbicara seorang diri di sana. Berdiri sendiri di bawah rindangnya pohon, tempat dimana biasanya dia mengenang akan kenangan-kenangan masa lalu-nya.
“Ma, ku harap mama bahagia di sana!” Ucapnya.

* * * * *

Esoknya,
Denis dengan seragam SMA-nya tampak begitu rapih dan gagah. Denis berdiri membelakangi sebuah pagar yang menjulang tinggi, sepertinya dia sedang menunggu seseorang, di depan pintu gerbang rumah yang megah itu. Denis melihat ke jamtangannya, yang sudah menunujuk jam setengah tujuh pagi, lalu dia menatap langit biru yang cerah, matahari sudah cukup menampakan panasnya, angin berhembus pelan bagaikan membisikan sesuatu ke telinga.
”PAAAGIII ... ...”  Denis terkejut, dengan teriakan di dekat kupingnya.
Teriakan seorang gadis manis, bertubuh tinggi hampir sebanding (setinggi) dengan Denis, berparas cantik, dengan rambut hitam panjang yang indah terurai hingga ke punggungnya. Dan juga seragam sekolah yang sama dengan Denis. Namanya Francisca, nama yang indah sesuai akan kecantikan yang ada pada diri-nya. Francisca adalah teman Denis sejak kecil, dari dulu mereka s’lalu satu sekolah dari SD hingga sampai di SMA ini.
”Pagi, lo bikin kaget aja,” ucap Denis. Sisca tersenyum padanya. ”Seperti biasanya ya, lo selalu tampil cantik!” puji Denis.
“Makasih, aduh jadi enak! Hehehehe . . . “      ”Lo juga, slalu melamun! Gw dah di samping lo aja masih gak sadar!”
Denis membalas dengan senyuman, ”Yuk jalan,” ajaknya. Sisca menjawab dengan anggukan.

* * * * *

Di sebuah SMU, Jakarta.
Seorang siswa sedang berada dilantai empat, dari gedung kelasnya, dan itu lantai tertinggi yang tedapat di gedung tersebut. Seorang siswa sedang asyik dengan kameranya, tak lain Denis-lah orangnya.  Dia sedang memotret-motret kegiatan-kegiatan apa yang sedang terjadi di sekolahnya itu. ”Aduh, dari dulu lo itu, slalu saja menyendiri di lantai ini! Main sama kamera molo, gak bisa ganti suasana apa?” ucap seorang gadis yang berada di sampingnya.
Denis hanya tersenyum, dia memandang pada keramaian murid-murid yang sedang terjadi di bawah sana, kemudian kembali memotret.
”Entahlah, gw lebih suka di sini, di sini lebih tenang, jadi gw bisa memotert sesuka hati gw!”
”Ya terserah apa mau lo!”
Tiba-tiba saja Denis memotret Sisca dengan kameranya,
”Hehehe . . ” Denis tertawa jail.
”Ih curang, gak bilang-bilang, jahat nih!, ulang!” ucap Sisca.
”Siap Yach!”
Denis memotret berkali-kali Sisca, menganggap Sisca sebagai model, dan Sisca pun terhanyut dalam suasana. Mereka tampak asyik di atasana melakukan adegan pemotretan, memang sudah cita-cita Denis untuk menjadi seorang fotografer.

* * * * *

Denis dan Sisca sedang berjalan-jalan di Mall,
Mereka sedang mampir di Pizza hut, mereka sedang makan siang. ”Duh, hari ini nyebelin banget!” Sisca membuka pembicaraan.
”Gw, kesel ma pelajaran fisika. Dah tau gw gak bisa ma tuh pelajaran, masih disuruh ngerjain tugas dipapan tulis, malah soalnya susah lagi!” ungkap Sisca.
”Sabar, tapi bisa dikerjakankan?”
”Nggak! Salah apa sih gw sama tuh guru, kenapa mesti gw yang ditunjuk!”
”Ya sudah, habis ini temenin ke Fujifilm yah, mau beli rol film, dah habis nih!”
”Den, kenapa sih? Lo suka banget motret? Apa sih yang menarik?”
”Hmm . . . Entahlah, mungkin hal itu yang paling menarik buat gw, gw bisa melihat senyum bahagia dari teman-teman sekitar gw, juga masih banyak keindahan yang bisa gw liat!”
”Oooowwww . . . Kalau gitu lo mau jadi fotografer? lo kan berbakat!”
”Hmm . . . ada yang nempel tuh dimulut,” Dengan segera Denis membersihkan kotoran yang ada di mulut Sisca dengan tissu. Wajah Sisca langsung merah padam.
”Sudah Yuk, gw masih banyak kerjaan.”
”Ya deh, padahal gw masih mau bersantai sebentar.”

Di dalam rumah yang megah dangan 2 lantai bertingkat,
Di sebuah ruangan khusus dengan cahaya merah, dengan ruangan  yang begitu gelap, di sana terdapat lembaran-lembaran foto yang telah di cuci dan rol-rol film yang digantung. Di sanalah Denis sedang melakukan kegiatannya mencuci foto-foto yang telah diambilnya tadi di Sekolah.
”Hei, di cari-cari, lo-nya di sini, banyak yah hasil cetakannya? Bagus gaK?” tanya seorang gadis di sampingnya. Gadis cantik bertubuh tinggi dan ramut hitam panjang, dia adik perempuan Denis namanya Silvi!
”Yah, lumayan!”
”Walah foto-foto nya, kebanyakan tampang Ci Sisca nih,” ”Suka Yach?”
Denis hanya tersenyum pada Adik-nya. ”Sudah yah, gw mau pergi mungkin pulangnya agak malam!”
”Kemana?”
”Adik kecil mau tau aja!”
”>_<, Iya, hati-hati”

* * * * *

Denis berada di ruang yang kosong dan hampa, hanya ada bayang-bayang putih. Tiba-tiba muncul sesosok bayang anak kecil dan wanita yang cantik. Denis tertegun dan terheran, ”Ma, Mama!” panggil Denis.
”Kenapa Menangis, sayang?”
”Mainan ku rusak!” Anak kecil itu memegang sebuah mainan kereta yang sudah rusak.
”Oh, sini tangan kamu, ini mainan kamu yang baru!”
Denis masih terkejut, saat melihat mainan itu ditangan anak kecil itu, ”Itu kamera, pertama kali gw dapat kamera itu dari mama” ucap Denis dalam hati.
”Wah ma, ini keren, aq suka” anak kecil itu kembali tersenyum.
”Nah sekarang coba kamu foto sesuatu ya, tar kamu tunjukin hasilnya ke mama!” Ucap wanita itu pada Denis kecil
”iya,”Denis kecil berdiri dan berlari kemudian perlahan menghilang seperti bayangan putih.
Tiba-tiba wanita itu tersenyum pada sosok Denis yang sekarang ini, ”Kamu sudah besar ya Nak!  Sini mama peluk!”
Sosok Denis yang dewasa berubah menjadi sosok Denis saat dia masih kecil, Denis terlelap dalam pangkuan mama-nya.
”Ma, kenapa Mama pergi?” tanya Denis. Wanita itu hanya tersenyum dan membelainanya penuh kasih sayang.
Tak lama kemudian keadaan berubah.
Denis kembali ke sosoknya! Wanita itu berada di hadapan Denis. “Mama pergi, karna mama sudah waktunya sayang!”
“Tapi kenapa Aku dan Silvi masih butuh mama! Apa mama sudah gak sayang sama kami berdua? Juga sama Papa?” Air mata sudah menggenangi mata Denis.
Wanita itu hanya tersenyum, kemudian dia berkata “Mama terimakasih, kamu sudah memberikan yang terbaik buat mama, Denis!” ucapnya.
Namun tiba-tiba saja mulut, hidung dan mata wanita itu mengeluarkan darah, semakin banyak yang keluar. Denis terkejut, dan takut dan panik, wajah wanita itu berubah perlahan-lahan kulitnya mencair menjijikan sampai tulang tengkoraknya keluar. Begitu mengerikan , sampai Denis bangun dari mimpinya.
Wajah Denis terlihat sangat pucat, dan berkeringat dingin di sekujur tubuhnya dan nafasnya yang tidak teratur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar